Why People Lie?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Sunday, 19 January 2020.

Why People Lie?

Hampir setiap kali saya menjelaskan tentang gerak bola mata (eyes accessing cues) di Meta-NLP Practitioner, peserta bertanya bagaimana mendeteksi orang yang sedang bohong. Karena menurut teori, kalau bola mata bergerak ke kiri berarti sedang mengingat (recall memory) dan ke kanan berarti imajinasi (construct). Dengan asumsi kalau hal yang ditanyakan adalah mengenai masa lalu, maka seyogyanya orang tersebut melihat ke kiri. Kalau orang tersebut mengakses ke kanan, maka jawaban yang diberikan adalah rekayasa, alias bohong. Benarkah?

Saya tidak pernah ada kata 'bohong' dalam kamus. Menurut saya, setiap orang baik adanya. Namun tidak bisa dipungkiri juga, bahwa ada saja orang-orang yang berkata tidak sesuai dengan fakta yang ada. Bukankah itu berbohong?

Lalu apa yang menyebabkan seseorang berbohong? Saya amati beberapa kejadian dimana orang yang berkata-kata tidak sesuai dengan fakta. Ada 2 faktor psikis yang menyebabkannya:

1. Insecurity. Ada perasaan tidak aman kalau mengatakan yang sebenarnya. Akhirnya menciptakan 'realita' sendiri, rekayasa ('ngarang') agar merasa aman. 

2. Inferior alias ga pede. Merasa diri tidak mampu sehingga perlu membangun 'cerita berbeda' yang bisa menutupi ketidakmampuan itu.

Semua itu dilakukan demi mencapai tujuan tertentu, entah atas kepentingan mendesak ataupun ambisi. Tentu saja semua itu bermaksud positif menurut yang bersangkutan. Tidak bagi orang lain, terlebih lagi bila sampai merugikan orang lain secara materiil. Mencuri, menjual hak orang lain dan sejenisnya.

Dengan demikian, ini bukan saja sekedar faktor psikis, namun juga ada tata nilai yang tidak pada tempatnya. Individualistik, hanya melihat kepentingan pribadi. Juga menyangkut integritas, yang sering saya sebut sebagai krisis identitas - ketidakberanian untuk mengakui keberadaan diri sehingga perlu memakai, menggunakan atau berandai-andai menjadi orang lain.

Faktor-faktor di atas tadi tidaklah cukup hanya dengan gerak bola mata. Namun bila kita jeli, terutama saat mendengarkan (listening), kita bisa mendapatkan incongruency (ketidaksepadanan) antara kata, nada dan ekspresi yang ditampilkan. Kemudian, terserah mau diapakan data-data incongruency ini. Mengingat bahwa ada perasaan insecure dan inferior pada orang-orang yang demikian, saya sarankan lebih baik membangun rasa aman dan percaya diri pada mereka untuk kemudian menyadari adanya kata-kata yang disampaikan beda dari fakta sebenarnya, atau kata-kata yang diucapkan tidak sesuai. Atau, cukup hanya menjadi catatan bagi kita sendiri bila memang tidak ada kepentingan. Daripada langsung menyalahkan apalagi seakan sedang menangkap basah orang tersebut berbohong... ini hanya akan membuat yang bersangkutan semakin insecure dan inferior. Kecuali kalau memang itu tujuan anda.

Benar vs bijak.

 

 

Mariani

Bali, 19 Januari 2020

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read