Produktif dan Produktifitas

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 30 November 2020.

Saya tergelitik untuk menulis tentang ini setelah meng-coach 50an orang level leader sejak September 2020 lalu. Sebagai konsultan mindset assessment IDENTITY COMPASS, saya diminta untuk melakukan asesmen atas engagement di 2 perusahaan dalam 3 bulan terakhir ini, dan hasilnya ternyata produktif tidak sebanding dengan produktifitas. Ada yang nilai produktifnya tinggi dan produktifitas tinggi pula. Ada yang produktif dan nilai produktifitasnya tidak sebanding alias nilai produktifitas lebih kecil dibanding nilai produktif. Dan, ada yang nilai produkfitasnya minus padahal nilai produktif positif. Sayang, bukan?

Apa artinya keadaan tersebut?
Mari kita awali dengan definisi dua kata yang  mirip-mirip tersebut.
Menurut KBBI.web.id, definisi kata ‘produktif’ adalah
1.    bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar)
2.    mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya); menguntungkan:
3.    mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru:

Harap dicatat bahwa definisinya adalah ‘bersifat’, ‘mampu’ tapi belum tentu menghasilkan.

Sayangnya tidak ada definisi kata ‘produktifitas’ di KBBI.web.id, akhirnya saya mencari di kamus google. Productivity = resulting in or providing a large amount or supply of something.

Produktif adalah kata sifat.
Produktifitas adalah kata benda.
Artinya, produktif adalah sifat atau mampu menghasilkan, sedangkan produktifitas adalah apa yang dihasilkan.

Lalu bagaimana seseorang yang profuktif (aktif bekerja, punya kemampuan menghasilkan) tapi tidak menghasilkan apapun?

Lebih kurang bisa digambarkan demikian: Seseorang masuk kantor tepat waktu, bekerja sesuai dengan rutinitas, nyalakan laptop, cek email, balas email, ikut meeting zoom online, dan lain sebagainya tapi tidak semangat. Cek email dan pilih memilih mana yang enak untuk dijawab sekarang dan mana yang njelimet, mending tunda dulu terakhir saja. Saat mau balas email, ada keraguan untuk memutuskan – mending tunggu dulu respon orang lain agar tidak salah memutuskan. Ada laporan yang perlu di-submit tapi berhubung bos bakal tanya ini itu, mending saya recheck lagi agar tidak ada kesalahan, dan ada baiknya last minute saja biar bos tidak banyak tanya lagi. Alih-alih berpikir bagaimana solusi atas permasalahan yang akan dibahas dalam meeting nanti, mending berpikir bagaimana menangkis menjawab pertanyaan si A dan B yang bakal menyalahkan saya nanti.  Dan teringat nanti mau meeting dengan si Mawar, ingat orangnya saja langsung merasa sebal, apa sih agenda meetingnya? Biarin saja deh, ikut arus saja nanti. Dan seterusnya, dan seterusnya. Aktif kerja, dan tangan tak henti ketik di keyboard, namun pikiran dan perasaannya ke sana ke mari tanpa ada kerjaan yang pasti tuntas. Produktif tapi tidak ada yang dihasilkan.

Pernahkah alami demikian? Saya yakin masih banyak lagi cerita serupa di tempat kerja kita. Kalau dilakukan asesmen atas engagement, semuanya sama-sama engage, namun dengan arah yang berbeda. Sama-sama engage untuk bekerja, dengan arah pikiran yang berbeda. Akhirnya ada yang engage utk menghasilkan, ada pula yang engage untuk menjadi ‘oposisi’, belum lagi yang engage untuk memproteksi dirinya sendiri. Bila dihitung dengan satuan waktu, semua melewati waktu yang sama, namun hasil yang berbeda, plus kualitas yang berbeda pula. Kita mau pilih yang mana?

Sekarang kita tahu, bahwa tidak semua orang yang produktif akan menghasilkan. Adalah karena sabotase diri yang cukup kuat dari internal masing-masing, dalam bentuk pikiran dan perasaan, yang kemudian mensabotase kesempatan menghasilkan itu. Mulai dari percaya diri, ragu-ragu, takut salah, takut gagal, resisten, defensive, pengambilan keputusan yang lambat hingga saling curiga dan politik kantor yang tidak penting. Belum lagi jaga gengsi dan mikirin martabat diri. Ingin membuat semua orang senang dan dihargai tanpa batas. Sesuatu yang masuk dalam kategori insanity tapi terus berusaha dimiliki, mengontrol hal-hal yang di luar control, yang akhirnya malah mensabotase diri lebih dan lebih lagi.

Semoga kita semua sempat berhenti dan evaluasi diri. Berapa nilai produktif kita saat ini? Dan berapa nilai produktifitasnya di saat yang sama. Jangan sampai kita lelah beraktifitas, tapi ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Dan terlebih lagi, minus. Alias, badan sudah lelah beraktifitas, tidak menghasilkan apa-apa, plus perasaan galau mikirin apa kata orang, yang kemudian membuat tambah ragu untuk berlanjut, tambah ga pede untuk berbicara. Lelah fisik, lelah psikis.

Mau sampai kapan?
Semoga lagi, kita sempat sadar dan hentakkan kaki untuk melepas diri dari keadaan demikian. Agar punya hidup yang berkualitas, waktu yang berkualitas pula. Aktif beraktifitas dan menghasilkan. Nilai produktif berbanding lurus dengan nilai produktifitas. Pikiran dan perasaan selaras dengan apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan, fokus pada tujuan.

Jakarta, 30 November 2020
Mariani
Meta Coach
METAMIND

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read