Listening (Mendengarkan)

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Wednesday, 12 July 2017.

Bukan hearing, bukan hanya sekedar mendengar saja.

 

Banyak orang merasa sudah mendengarkan, padahal hanya pada batas mendengar saja. Ketika mendengar seseorang berbicara, kita mendengar suara orang tersebut, namun sebenarnya suara yang terdengar adalah suara dari dalam sendiri, berupa analisa, penilaian (judgement), atau bahkan suara-suara lain yang mengingatkan kita atas sesuatu hal terkait lainnya. Suara-suara internal ini saya sebut sebagai ‘monkey voice’, yang sering justru membangun persepsi tersendiri yang berbeda dari apa yang sedang disampaikan orang tersebut. Akibatnya kita tidak lagi mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang tersebut, tapi kita mendengarkan ‘suara internal’ itu sendiri.

 

Mendengarkan merupakan ketrampilan utama saat coaching. Esensi utama dari ketrampilan ini adalah menghargai orang yang berbicara. Bukan karena kita sudah tahu atau belum, tapi tentang bagaimana kita menghargai orang yang sedang berbicara. Dengan demikian orang tersebut merasa dihargai dan meningkatkan eksistensinya untuk lebih terbuka dan percaya. 

Cara mengukur kemampuan kita mendengarkan adalah seberapa banyak kata-kata yang mampu kita ulangi persis seperti yang diucapkan oleh coachee, berurutan sesuai dengan urutan yang disampaikan (tidak diurut oleh kita sebagai pendengar), tanpa menambah ataupun mengurangi satu katapun. Memang, kita tidak perlu mengulangi seluruh kata2 yang diucapkan, terlebih lagi bila kalimatnya panjang karena malah akan bertele-tele. Namun kemampuan mendengarkan seluruh kata-kata tersebut akan memperbesar ‘inventaris data’ kita tentang profil coachee berdasarkan kata-kata yang diucapkan, juga bisa memilih mana yang perlu ditanyakan dan mana yang tidak, kata-kata mana yang produktif dan tidak, yang biasanya diucapkan tanpa sadar oleh coachee. 

 

Beberapa hal yang menjadi perhatian coach saat mendengarkan:

1. Verbal.

a. Istilah/terminologi: perlu klarifikasi agar jelas apa yang dimaksud dengan penggunaan kata tersebut.

b. Kata-kata penghubung: kata yang biasa namun memberi arti yang signifikan. 

c. Kata-kata kunci: umumnya kata-kata kunci ini akan diucapkan lebih dari satu kali, plus ekspresi dan/atau nada yang khas. 

d. Urutan proses: seringkali yang membuat coachee bingung dan menjadi masalah adalah ketidakteraturan penempatan urutan. Bila seorang coach mampu mengenali ini (dengan mendengarkan) dan ditanyakan kembali, maka coachee menjadi sadar dan memperbaikinya sehingga jadi jelas.

e. Pertanyaan pada diri sendiri: kadang coachee akan bertanya sendiri seakan-akan sedang berbicara pada coach. Saat mendengarkan ini, perlu segera ditanyakan apa jawabannya. Hal ini sekaligus mengajak coachee berpikir untuk mencari jawaban, bukan sekedar menanyakannya saja.

f. Pola: coachee mengucapkan satu kata lebih dari 2 kali, atau menunjukkan pola yang berulang.

g. Logika cerita: ketika menjelaskan sesuatu, ada hal yang tidak dijelaskan namun secara logika menggambarkan.

2. Non-verbal: 

a. Ekspresi: saat berucap ada ekspresi (emosi) pada wajah dan/atau nada tertentu yang berbeda, bisa juga berupa gerakan fisiologi yang merujuk pada keadaan tertentu namun tidak disadari oleh coachee. Kemampuan coach memberitahu ekspresi non-verbal ini akan membantu coachee menyadari hal-hal internal yang sedang diproyeksikan.

b. Semantics space: saat berucap sambil menggerakkan badan/tangan/mata ke arah tertentu yang memiliki arti tersendiri. Umumnya akan menunjuk pada tempat/arah yang sama setiap kali mengucapkan kata/hal tersebut. Kemampuan menunjuk pada tempat/arah yang sama menunjukkan kesetaraan pemahaman, coachee merasa didengarkan dan didukung oleh coach untuk lebih mudah bereksplorasi.

 

Contoh:

Saya setuju dengan kesepakatan ini dan malah mendukung pilihan demi pilihan tersebut.

Beda dengan: Saya setuju dengan kesepakatan ini dan mendukung pilihan demi pilihan tersebut.

Beda dengan: Saya setuju dengan kesepakatan ini dan malah mendukung pilihan-pilihan tersebut.

 

Saya mau memilih berhenti kerja dan bangun bisnis.

Beda dengan: Saya mau memilih berhenti kerja atau bangun bisnis.

Beda dengan: Saya memilih berhenti kerja dan bangun bisnis.

 

Saya ingin bisa diet.

Beda dengan: Saya ingin diet.

Klarifikasi: Apa yang dimaksud dengan kata ‘diet’ ini?

 

Kemampuan mendengarkan ini akan sangat membantu coachee dalam memahami dirinya sendiri. Seseorang sering berucap secara spontan tanpa menyadari banyak makna di balik satu kalimat yang diucapkan, mulai dari kata-kata yang dipillih, intonasi dan penekanan suara, hingga gerakan tubuh. Semua ini sebenarnya adalah data yang disampaikan secara implisit. Coachee sedang mengekspresikan data, yang bilamana mampu kita dengarkan dan perjelas akan mendukung coachee dalam memanifestasikan apa yang dimaksud.

 

Dan lebih dari semua yang kita lakukan, saat mendengarkan dengan cermat seperti hal-hal di atas, kita juga menyiratkan kehadiran kita sepenuhnya (presence) dan menghargai coachee kita. Coachee perlu merasa dihargai dan penting untuk didengarkan.

 

Lihat ketrampilan berikutnya, supporting.

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read