Inducing State

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Wednesday, 12 July 2017.

State adalah keadaan fisik dan mental. Kita tidak pernah stateless (tanpa state). State relaks, state bingung, state fokus, state ngantuk, dan lain sejenisnya. State ini terbentuk atas dasar pemikiran dan perasaan yang sedang terjadi dalam diri kita sedemikian rupa sehingga kita bisa mengalami state tersebut. 

 

Pada suatu seminar, seorang peserta datang dengan semangat karena rasa penasaran ingin belajar. Namun saat si pembicara memulai seminarnya, lafal suara tidak jelas, pelan, dan monoton. Akibatnya banyak peserta mulai bosan termasuk peserta tersebut. Pikirannya jadi tidak berfokus karena tidak jelas apa yang sedang dibicarakan, dan perasaan mulai jenuh karena pembicaraan tak kunjung habis plus suara monoton tadi. Timbul state bosan dan akhirnya muncul perilaku tidak peduli atau tidak memperhatikan. Sementara di sisi lain pada suatu pembicaraan yang awalnya biasa-biasa saja, namun karena topiknya menarik, pendengar menjadi antusias, pikiran tertarik dan alhasil muncul state penasaran untuk ingin tahu dan lebih tahu lagi, yang diakhiri dengan perilaku bertanya. 

 

Dua contoh di atas menceritakan bagaimana state adalah buah dari pemikiran dan perasaan, yang stimulusnya bisa eksternal dan bisa juga internal. Sehingga ketika pikiran memikirkan dan perasaan merasakan, muncul state seakan sedang mengalaminya.

 

Demikian juga saat coaching. Seorang coach perlu manajemen state-nya dengan baik sehingga tidak mengganggu state klien (coachee). Dan juga, mampu menimbulkan state yang produktif bagi klien (coachee)nya. Keterampilan ini disebut sebagai keterampilan inducing state.

 

Coach yang bersemangat, secara tidak langsung akan ‘mengajak’ kliennya untuk ikut bersemangat. Sebaliknya, saat klien bersemangat namun coach-nya lemas, maka lama kelamaan klien juga akan ikut menjadi lemas. Seorang coach perlu jelas mendeteksi dan menyesuaikan dengan klien (coachee)-nya agar mampu menimbulkan (induce) state yang tepat.

 

Kemampuan meng-induce state ini bisa dilakukan dengan:

  1. Meta-Question. Karena pertanyaan ini akan mengajak klien untuk eksplorasi ke dalam diri. Bila ditanyakan dengan tepat, klien akan sangat fokus ke dalam diri sehingga bisa benar-benar ‘mengalami’ apa yang dipikir dan dirasakan di dalam internal diri.
  2. Menjaga ruang dan waktu sehingga klien merasa bebas dan aman ber-eksplorasi sampai menemukan jawabannya sendiri.
  3. Menggunakan intonasi/nada suara yang tepat.

 

Apa pentingnya inducing state saat coaching?

Agar pembicaraan bukan hanya sekedar wacana belaka. Saat berbicara, hanya melibatkan pikiran, ide demi ide yang muncul dan memberikan gambaran. Namun saat melibatkan perasaan, apa yang dibicarakan menjadi lebih hidup dan saling menguatkan, membangun realita internal seakan sudah terjadi, sekalipun belum terjadi sesungguhnya. ‘Film’ yang terbangun dari pikiran dan perasaan dalam realita internal ini akan menjadi simulasi yang nyata bagi otak. Sehingga bilamana suatu saat ditemukan realita yang sama, otak akan mengambilnya sebagai pengulangan memori saja. Mudah untuk dipraktekkan karena ‘telah pernah dialami sebelumnya’.

 

Kata kunci dari Inducing state ini adalah ekspresi.

Mampu manajemen state akan terlihat dari kemampuan meng-ekspresi-kan apa yang dibicarakan sehingga tubuh ‘ikut mengalami’ pembicaraan tersebut, semakin nyata.

 

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read