Getting the Subject

Written by Mariani Ng Posted in Coaching Skills on Monday, 14 June 2021.

Coaching is conversation. Namun bukan karena sebuah percakapan, maka topik apa saja bisa masuk dalam percakapan tersebut. Sebagai sebuah percakapan yang berfokus pada fasilitasi untuk mencapai tujuan, maka seorang coach perlu jelas subyek apa yang mau dibicarakan dalam sebuah sesi coaching.

Bukankah tujuan yang ingin dicapai oleh coachee itulah subyek-nya? Bukan.
Coachee boleh saja menyampaikan tujuan yang ingin dicapai (entah jangka pendek maupun panjang), bahkan juga menyampaikan tujuan yang diinginkan melalui proses coaching tersebut. Tapi belum tentu itu subyeknya. Subyek yang mau dibahas dalam sesi coaching adalah subyek yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Latihan dengan beberapa contoh kalimat:

  1. Saya sudah bosan berada di rumah terus ➔ ini pernyataan tentang keadaan.
  2. Jakarta sudah lockdown lebih dari 1 tahun, entah sampai kapan ➔ pernyataan.
  3. Minggu lalu saya ke mal dan temukan satu buku bagus, saya ingin membacanya ➔ pernyataan.
  4. Saya tidak mau terus menerus ribut dengannya ➔ ini pernyataan yang menyampaikan pesan implisit tentang tujuan

Bilamana semua kalimat di atas dijawab sebagai respon atas pertanyaan “apa tujuan coaching”, maka tidak ada satupun yang bisa dijadikan sebagai subyek coaching. Mari kita bahas satu per satu kalimat di atas.

  1. Saya sudah bosan berada di rumah terus ➔ ini pernyataan tentang keadaan, yang memberitahu tentang kebosanannya. (Apa kaitannya dengan tujuan coaching?)
    a.    Apa yang diinginkan dengan menyampaikan kalimat ini? - Saya ingin tidak bosan berada di rumah. (away from)
    b.    Kalau tidak ingin bosan, maka apa yang diinginkan? (reverse ke towards) – Melakukan kegiatan
    c.    Melakukan kegiatan apa? – Nah itu yang saya ingin cari tahu melalui sesi coaching ini.
    d.    Okay. Maka apakah ini menjadi subyek coaching kita? Mencari tahu kegiatan apa  yang bisa dilakukan agar tidak bosan di rumah terus? – Iya.
  2. Jakarta sudah lockdown lebih dari 1 tahun, entah sampai kapan ➔ pernyataan. (Apa kaitannya dengan coaching?)
    a.    Iya, sudah lebih dari 1 tahun Jakarta lockdown. (acknowledgement) Dan apa kaitan dengan tujuan coaching kita? Saya sedang mencari cara bagaimana agar tetap produktif walau lockdown.
    b.    Hmm… apakah sudah menemukan caranya? – Belum, untuk itulah saya minta di-coaching.
    c.    Siap!! Apa yang mau di-coaching dalam kaitan dengan lockdown dan tetap produktif tadi? – Coaching saya mencari tahu bagaimana caranya agar tetap produktif walaupun lockdown.
    d.    I see.. jadi subyek dari coaching kita adalah mencari cara agar tetap produktif walaupun lockdown? – iya.
  3. Minggu lalu saya ke mal dan temukan satu buku bagus, saya ingin membacanya ➔ pernyataan. (Apa kaitannya dengan coaching?)
    a.    Hmm.. hanya ingin saja :-D .. sudahkah dibaca? – Belum, hehehe ..
    b.    Lalu apa kaitannya dengan tujuan sesi coaching kita? – Saya ingin membaca buku tersebut.
    c.    Saya mendengarmu, ingin membaca buku itu. (acknowlegemet) Dan hubungannya dengan sesi coaching kita? – Saya ingin di-coach agar lebih disiplin membaca buku. Sayang buku itu bagus tapi nanti jadi hiasan saja. Saya tidak pernah baca buku sampai tuntas, paling hanya 1-2 halaman di depan saja.
    d.    Jadi selama ini kalau kamu baca buku hanya 1-2 halaman di depan saja dan setelah itu tinggal jadi hiasan, tidak pernah menuntaskan baca sampai selesai? – Iya.
    e.    Dan menurutmu ini adalah tentang disiplin membaca buku? Iya
    f.     Di awal kamu katakan bahwa ingin lebih disiplin membaca buku. Lebih dibandingkan apa? – lebih dibandingkan dengan keadaan sekarang.
    g.    Please explore more about keadaan sekarang. – Sekarang saya belajar disiplin, lumayanlah bisa baca 1 bab. Tapi tetap saja tidak tuntas.
    h.   Tidak tuntas sama sekali? – iya
    i.    Tidak pernah tuntas sebelumnya? – iya
    j.    Okay. Mendengar apa yang kamu sampaikan tadi bahwa biasanya kalau beli buku hanya dibaca 1-2 halaman, dan sekarang sudah belajar lebih disiplin sehingga membaca 1 bab, tapi tetap saja tidak tuntas. Dan menurutmu itu adalah soal disiplin. Apakah subyek coaching kita kali ini adalah tentang bagaiaman agar disiplin membaca buku sampai tuntas? - iya
  4. Saya tidak mau terus menerus ribut dengannya ➔ ini pernyataan yang menyampaikan pesan implisit tentang tujuan
    a.   Okay, lalu apa yang kamu mau? – bisa bicara tenang dengannya
    b.   Good, lakukanlah itu. Apa kaitannya dengan tujuan coaching ini? – Saya tidak tahu caranya.
    c.   Kamu tidak tahu caranya bisa bicara tenang dengan dia? – Iya
    d.   Pernahkah bicara tenang dengannya? – (berpikir sejenak) sepertinya pernah, tapi itu dulu. Sekarang kalau bicara dengannya pasti ribut.
    e.   Apa yang berbeda antara dulu dengan sekarang? – hmm… (berpikir lagi).. Dulu saya lebih sabar menghadapinya.
    f.    Menghadapinya. Menghadapi apa yang dimaksud dengan ‘nya’ tadi? – Dia keras kepala, selalu maunya mengajari dan diikuti. Dulu saya sabar menghadapi keadaan itu. Biarin deh dia mau ajari, paling saya tidak ikuti. Tapi sekarang, dia mulai memaksa untuk diikuti setiap omongan dia.
    g.   Okay. Lalu? – Ya jadinya ribut.
    h.   Okay. Jadi kamu ribut dengannya sekarang karena dia memaksakan setiap omongan dia untuk diikuti, padahal dulu tidak? – Iya
    i.    Apakah sekarang dia tetap maunya mengajari dan diikuti? – iya
    j.    Jadi yang bikin ribut itu adalah karena dia memaksa?– Iya
    k.   Okay. Jadi apa yang perlu dilakukan agar tetap tenang walaupun dia memaksa? – Saya ngga tahu, untuk itulah saya minta di-coaching.
    l.    Baik. Apa itu subyek coaching kita, tetap tenang walaupun dia memaksa sehingga tidak ribut lagi? – iya

Apa pola yang Bapak dan Ibu temukan dengan contoh-contoh di atas?
Setiap orang punya tujuan dan belum tentu butuh di-coach karena bisa mencapai tujuannya sendiri. Subyek coaching adalah menemukan subyek yang menjadi penghambat orang tersebut dalam mencapai tujuan, atau sebaliknya, menemukan subyek yang bisa menjadi kunci akselerasi pencapaian tujuan tersebut.

Menurut pengamatan saya, sebagian besar coach mendapatkan tantangan saat proses mendapatkan subyek ini karena:

  1. Persepsi bahwa coaching dilakukan untuk fasilitasi mencapai tujuan yang disampaikan. Ingat bahwa what you see is not what you get.
  2. Coachee-nya sendiri tidak tahu apa subyek yang sebenarnya menghambat atau kunci akselerasi pencapaian tujuan tersebut. Perlu eksplorasi yang lebih detil sedangkan coach
    terburu-buru untuk melakukan coaching. Ingat bahwa salah satu proses coaching itu adalah juga proses klarifikasi atas subyek coaching. Mencari tahu apa yang terjadi dan apa yang dihadapi sebenarnya. Dengan menemukan jawaban ini, maka proses akan lebih jelas dan mudah.
  3. Jawaban atas subyek itu sudah disampaikan tanpa sengaja tapi coach kurang mendengarkan.

Apa konsekuensi tidak mendapatkan subyek saat sesi coaching?

  1. Proses coaching menjadi bias. Terutama terjadi pada coachee yang inferior dan ikut saja terus menjawab pertanyaan coach tanpa sadar bahwa beda arah.
  2. Butuh waktu lebih lama karena salah arah dan ‘putar balik’ tadi.
  3. Tujuan coaching tidak sesuai harapan.
  4. Tidak menemukan titik ungkit yang tepat.

Di bawah ini adalah teknik untuk mendapatkan subyek yang tercantum dalam manual ACMC (ditulis oleh Michael Hall).

GETTING THE SUBJECT DRILL

1)    Start a coaching conversation. “What would be an area of your life that you’d like to explore?” •
2)    Respond only with acknowledgments: repeat the sentences verbatim. Pick sentences that strike you as semantically loaded.
3)    Classify using the words: “So this is about Y...” “So what you are really saying is Y...” (Belief statement)
4)    As you do this, classify (make a guess about the category or area).
5)    Test (check, clarify). Is that right or accurate?
6)    Propose: What if we do the session on well-being focusing first on exercise? Would that be worth your time, effort, energy, etc.?
7)    Summarize So we are going to make this session about X

Kesimpulan:

  1. Bedakan tujuan dengan subyek coaching.
  2. Bedakan pernyataan, keinginan, permasalahan, tujuan dan selalu kaitkan dengan tujuan coaching.
  3. Fokus pada apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
  4. Sabar eksplorasi dengan detil.

Selamat praktek. Semoga bermanfaat.

Jakarta, 3 Juni 2021 Mariani METAMIND
Meta Coach

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read