Being Happy (1)
Saya baru mengikuti upacara wisuda di salah satu universitas di luar negri beberapa hari lalu dan memperoleh inspirasi untuk menulis artikel ini. Di awal upacara, Rektor universitas tersebut mengawali pidatonya dengan mengatakan bahwa ketika merancang pidato untuk upacara wisuda itu, beliau ditawari dengan berbagai pilihan topic. Pilihan pertama, tentang sepakbola yang sedang ramai dibicarakan. Beliau menolak, karena merasa kurang tahu tentang sepakbola ini. Lalu pilihan kedua, tentang kompetisi pasar yang akan dihadapi para alumnus di masa kini. Beliau berpikir dan kemudian menolak lagi, karena beliau yakin para alumni sudah tahu dan mempelajari betapa kompetitif-nya permintaan pasar saat ini, dan tentunya sudah bersiap siaga menghadapi keadaan ini. Dan yang paling menarik buat saya adalah pilihan ketiga yang akhirnya menjadi topic pidato hari itu, BEING HAPPY.
Topik yang sangat sederhana, tapi mendalam.
Di jaman percepatan informasi saat ini, dimana setiap individu saling berlomba untuk menang dan berprestasi tinggi, sekolah mencari ilmu sampai bergelar tinggi, bekerja siang malam mencapai kedudukan tinggi dan nama baik yang diakui sebagai eksistensi diri .. ada satu hal yang dilupakan, yakni kembali menjadi manusia apa adanya. Kembali pada nilai yang paling hakiki, yang mendasari semua kerja keras dan kejar prestasi selama ini .. bahagia.
Betapa tidak. Lihat saja bagaimana setiap tahun para orangtua sudah mendaftarkan putra-putrinya yang masih sangat kecil untuk sekolah, belajar bersosial katanya, atau agar suka bersekolah. Kualitas bermain di masa kanak2 mulai tesisihkan untuk belajar di sekolah dengan judul sambil bermain. Kreativitas yang umumnya ditemukan seorang anak lewat eksplorasi diri di alam sekitar mulai berkurang seiring dengan tuntunan dan panduan guru di sekolah bermain. Lalu kemudian setiap tahun orangtua berusaha memacu anak agar rajin dan pintar, memicu mereka agar menjadi juara satu, kalau tidak juara kelas ya juara nyanyi, juara nari, juara gambar dan apapun yang pokoknya masih bertitelkan juara. Siapa yang bangga? Ayah dan bunda.