Siapa Saya?
Siapa saya?
Seorang peserta training lari ke arah saya, lalu tepat di depan saya dia bertanya ‘siapa saya? Siapa nama saya?’ sambil menunjuk ke dirinya sendiri. Ekspresi wajahnya serius tampak kebingungan. Saya kaget, namun akhirnya tertawa sendiri setelah tahu bahwa dia ‘dikerjain’ oleh temannya dengan hipnotis.
Siapa saya?
Saya yakin kita semua pasti ingat nama diri masing-masing. Namun ternyata, adapula atribut lain yang ikut melekat bersamaan dengan kelekatan nama tersebut. Bila nama dilekatkan oleh kedua orangtua sejak lahir sebagai doa dan harapan untuk kemudian hari, atribut demi atribut kita lekatkan demi apa? Belum lagi atribut yang dilekatkan oleh orang lain, dalam rangka apa?
Ada satu keluarga 3 bersaudara, dimana ibu mereka selalu membandingkan anak sulung sebagai yang hebat, anak kedua perlu belajar dari si kakak untuk menjaga anak bungsu yang kurang mandiri. Dan kemudian atribut itupun melekat hingga dewasa, yang akhirnya si sulung tumbuh menjadi orang yang ‘hebat’ namun angkuh, anak bungsu terus mencari jati diri karena merasa kurang mandiri, sedangkan anak kedua malah tumbuh lebih dewasa dari kakak dan terus belajar dengan rendah hati. Kelekatan yang tidak disengaja, namun membekas dalam proses tumbuh kembang seorang manusia.