Refleksi Self-Actualization #1

Written by L. Michael Hall, Ph.D Posted in L. Michael Hall, Ph.D. on Wednesday, 07 June 2023.

Self-Actualization Reflections #1

DARI META-STATES MENUJU PERWUJUDAN POTENSI

 

Ketika saya mulai memikirkan memulai Pelatihan Meta-Coach pada tahun 2001, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa saya harus menciptakan beberapa model baru untuk menghadapi permintaan dalam dunia baru Coaching. Pikiran itu tidak pernah muncul dalam kesadaran saya. Bahkan, pikiran itu tidak muncul dalam beberapa waktu setelah itu.

Sebenarnya, baru setelah Michelle Duval dan saya mulai berkolaborasi pada sistem Pelatihan Meta-Coach sebagai sistem yang terstruktur secara keseluruhan, kami menyadari bahwa jika kami ingin konsisten dengan landasan kami bahwa coaching tidak sama dengan terapi, dan keduanya adalah modalitas yang benar-benar berbeda, maka kami harus melihat ulang semua "Model Perubahan" yang ada dalam bidang Coaching. Dan apa yang kami temukan mengejutkan kami. Setiap model perubahan tersebut didasarkan pada beberapa model terapi dan tidak satu pun didasarkan pada premis yang mengatur untuk melakukan coaching kepada klien.

 

Keputusan

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Friday, 23 December 2022.

Pernah punya teman yang kalau ditanya pilih mana maka akan selalu jawab ‘terserah’?
Pernah punya teman yang ketika ditanya soal enak atau tidaknya sebuah makanan akan selalu menjawab ‘biasa saja’?
Jangan-jangan malah diri sendiri juga sering bersikap demikian. Mari kita evaluasi kembali, apa yang sekiranya menyebabkan seseorang selalu menjawab demikian.

Mungkin memang teman kita ini berada dalam keadaan yang perlu disikapi dengan ‘terserah’, menyerahkan keputusan pada orang lain. Mungkin memang makanan yang dimakan tadi biasa-biasa saja enaknya, tidak enak sekali dan juga bukan tidak enak. Ini adalah jawaban atas fakta apa adanya. Tapi di sisi lain, besar kemungkinan juga karena yang bersangkutan tidak bisa memutuskan mau yang mana, atau memutuskan bagaimana kadar kenikmatan suatu makanan, apakah enak sekali, biasa saja atau kurang enak. Bilamana ini yang terjadi, maka ini adalah problema pengambilan keputusan. Ada orang yang cepat mengambil keputusan, ada juga yang lama dan bahkan tidak bisa memutuskan.

Sebenarnya, ada 2 tahap yang perlu dilalui seseorang saat mengambil keputusan, yakni tahap analisa dan tahap memutuskan. Tulisan ini membahas preferensi berpikir yang mendasari kecepatan pengambilan keputusan seseorang dengan menelaah 2 tahap tersebut.

Mental Karyawan

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 05 December 2022.

Adakah itu?
Yang ada adalah sekumpulan preferensi berpikir yang membentuk pikiran dan perasaan sebagai seorang karyawan, yang lalu disimpulkan sebagai sebuah keyakinan (belief), lalu kemudian menjalankan hidup sehari-hari sesuai dengan apa yang diyakini tersebut.

As we map things, so we become.
Kita menjadi sesuai dengan apa yang kita yakini, bukan sesuai dengan apa yang kita miliki; potensi dan berbagai sumber daya anugerah dari Sang Pencipta.

Apa itu preferensi berpikir?
Preferensi berpikir adalah cara seseorang mem-filter informasi dalam proses berpikirnya. Di dunia Neuro Semantics-NLP disebut sebagai Meta Program. Cara seseorang mem-filter informasi ini secara tidak langsung membentuk karakter orang tersebut. Seseorang yang berpreferensi global akan cendrung dianggap cuek karena kurang perhatian, padahal sebenarnya mereka memberikan perhatian tapi hanya pada hal-hal umum saja secara gambaran besar (general/global). Sebaliknya, mereka yang berpreferensi detail akan dianggap cerewet, suka membahas hal-hal pritil detail.

Why METAMIND?  read