What Next?
Ada 3 gaya preferensi berpikir manusia yang menentukan dalam aktifitas kerja sehari-hari, yakni yang bertanya ‘apa selanjutnya (what next)’, ‘bagaimana merealisasikan (how)’, dan ‘mengapa (why)’.
Saya termasuk yang pertama, what next. Banyak maunya. Ide ini dan itu muncul sebelum yang lain selesai. Di pikiran saya sudah berjalan kalender 2019, sementara langkah kaki serasa sudah masuk Januari 2017 yang akan sibuk mempersiapkan ACMC Bali 16-23 Maret 2017 yang akan datang. Ini kekuatan sekaligus kelemahan saya, dimana saya terus berpikir ‘what next’ tanpa diiringi oleh derap langkah orang-orang yang menjalankannya, termasuk pula melakukan monitor dan periksa ulang hasil implementasi, apakah sesuai dengan yang telah direncanakan. Sering kali saya perlu berhenti, hanya sekedar untuk mengambil nafas dan evaluasi, sampai di mana ya implementasinya, atau bahkan, sudah dijalankan belum sih yang satu itu (?).
That’s why saya perlu bantuan, tidak bisa sendirian. Bantuan orang-orang yang sama visi untuk merealisasikan apa yang sudah direncanakan, mau membantu ‘ke-bumi-kan’, bukan ‘kebumikan (dimakamkan-maaf). ‘Ke-bumi-kan’ dalam bahasa Inggris disebut ‘grounded’ alias membuat jadi nyata (konkrit) dan terukur, tidak hanya sekedar konseptual apalagi wacana belaka. That’s why pula mengapa saya begitu menyadari kelemahan saya ini sehingga ketika ada yang berbicara di tataran konseptual, saya akan minta action nyatanya, karena saya sendiri sangat amat hobi di tataran konseptual itu dan berwaspada ria agar tidak tertarik kembali ke sana, agar balance.