Why People Lie?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Sunday, 19 January 2020.

Why People Lie?

Hampir setiap kali saya menjelaskan tentang gerak bola mata (eyes accessing cues) di Meta-NLP Practitioner, peserta bertanya bagaimana mendeteksi orang yang sedang bohong. Karena menurut teori, kalau bola mata bergerak ke kiri berarti sedang mengingat (recall memory) dan ke kanan berarti imajinasi (construct). Dengan asumsi kalau hal yang ditanyakan adalah mengenai masa lalu, maka seyogyanya orang tersebut melihat ke kiri. Kalau orang tersebut mengakses ke kanan, maka jawaban yang diberikan adalah rekayasa, alias bohong. Benarkah?

Saya tidak pernah ada kata 'bohong' dalam kamus. Menurut saya, setiap orang baik adanya. Namun tidak bisa dipungkiri juga, bahwa ada saja orang-orang yang berkata tidak sesuai dengan fakta yang ada. Bukankah itu berbohong?

Lalu apa yang menyebabkan seseorang berbohong? Saya amati beberapa kejadian dimana orang yang berkata-kata tidak sesuai dengan fakta. Ada 2 faktor psikis yang menyebabkannya:

Pelita

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 21 October 2019.

Pelita

Tahun 2006, saat mengunjungi Grace Cathedral San Fransisco, saya ingin pasang lilin dan berdoa di gereja tersebut. Gereja-gereja Katolik pada umumnya memiliki ruang untuk pasang lilin dan berdoa. Gereja ini menempatkan tempat berdoa ini di pojok kanan dekat pintu masuk. Tempat pasang lilin untuk berdoa di sini adalah berupa gelas-gelas kaca dengan minyak di dalamnya, dimana mengapung gabus tipis dan sumbu yg diikatkan ke gabus tipis tersebut. Gelas-gelas ini sudah ada di tempat yg disusun berjenjang, bertingkat sedemikian rupa hingga hanya ada satu gelas di tempat teratas dan satu di tempat terbawah.

STRESS, perlu IJIN-kah?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 28 January 2019.

STRESS, perlu IJIN-kah?

"Emangnya stress perlu ijin?", seru si bungsu mendadak di dalam kamar. Kami tertawa gelak. Kala itu kami sedang liburan di Bali, ngobrol santai dalam kamar dan mendadak dia bilang sedang stress. Mendadak sontak kami langsung tanya 'stress apa, dek?', seakan dia si bungsu yang masih kecil usia dan tidak bisa stress. Merasa 'diserbu' pertanyaan-pertanyaan kami, dia langsung jawab 'emangnya stress perlu ijin?'.

Dalam hati saya tertawa, betul juga, emang stress perlu ijin? Sementara banyak orang serta merta merasakan stress tanpa tahu ujung pangkal, ada pula yang merasa stress sebagai korban dari suatu keadaan dan seakan menjadi tak berdaya. Ada juga yang stress karena tidak bisa melakukan sesuatu atau ada tujuan yang tak tercapai. Stress muncul akibat perasaan tidak berdaya. Dan saya berpikir ulang, mencari... pernahkah stress muncul karena perasaan sedang/sangat berdaya?

Andai saja perlu ada ijin untuk stress, kemudian boleh memilih agar stress-nya cukup di pikiran saja, tidak dirasakan..
Atau ijin stress diberikan sesuai dengan waktunya. Saat kapan boleh stress dan saat kapan tidak boleh karena bukan pada waktu yg tepat...

Seandainya saja stress perlu ijin, akan kita ijinkan atau tidak?

Why METAMIND?  read